Bangunan Cagar Budaya Golongan B

Museum Jenderal A.H. Nasution, Menteng, Jakarta




Museum Jenderal Dr. A.H Nasution berlokasi di Jalan Teuku Umar Nomor 40 Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Museum ini sebenarnya merupakan tempat kediaman resmi keluarga A.H. Nasution yang sudah ditempatinya sejak tahun 1952, lalu disulap menjadi tempat penayangan sejarah. Bangunan ini dijadikan salah satu Cagar Budaya bergolongan B karena telah menjadi saksi bisu peristiwa dramatis dan berdarah yang dikenal G 30-S PKI pada 43 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 1 Oktober 1965.

Museum ini terdiri dari rumah utama dan paviliun yang berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 2000 meter persegi. Tak ada yang berubah dari rumah tersebut, kecuali pengecetan ulang dinding maupun jendela dan pintu rumah. Rumah utama merupakan sentral dari museum. Ada delapan ruangan yang terdapat di rumah tersebut. Ruang tamu utama terletak di bagian depan rumah. Patung tembaga setengah badan Jenderal Besar AH Nasution menyambut pengunjung. Ruangan berukuran sekitar 6×4 meter dilengkapi dua set kursi. Pada sisi kiri terdapat kursi ukiran Jepara dan dipermanis dengan dua guci raksasa di pojokan. Satu set kursi kaki rendah berbentuk setengah lingkaran diletakkan di sisi kanan ruangan yang juga berfungsi menjadi kursi tamu. Beberapa plakat kenang-kenangan dari luar negeri dipajang di lemari kaca.

Masuk agak ke dalam adalah ruang kerja AH Nasution. Ada rak enam susun yang menampung buku-buku koleksi AH Nasution. Terdapat pula diorama yang menggambarkan Pak Nas, biasa ia dipanggil, sedang bekerja di meja kerjanya yang bergaya antik. Telepon khas jaman dulu ditambah mesin tik melengkapi meja tulis. Beranjak ke samping kanan, terdapat ruang tamu VIP dengan satu set kursi sofa. Gaya simpel menjadi pilihan ruang tamu yang disebut sebagai ruang kuning ini. Aksesori berbentuk harimau dipajang mempermanis ruangan. Foto si empunya rumah juga dipajang di dinding, baik ketika ia masih muda ataupun saat usia senja.

Memisahkan ruang kuning dan ruang kerja terdapat lorong panjang hingga ke ruang makan. Tiga patung cakrabirwa beradegan mendobrak kamar tidur Pak Nas ada di lorong tersebut. Patung itu menggambarkan adegan usaha penculikan. Lima lubang bekas peluru di daun pintu masih dibiarkan seperti aslinya untuk menunjukkan sejarah pemberontakan PKI. Di dalam ruangan, ada patung Bu Nas sedang memangku Ade Irma Suryani yang berlepotan darah. Di kamar tersebut juga ikut dipajang barang-barang pribadi Pak Nas, seperti kaus oblong, kursi goyang, dan kursi roda yang digunakannya saat sakit.




Ada pintu langsung yang menghubungkan kamar Pak Nas dan kamar Ade Irma. Nama terakhir merupakan salah satu korban dari PKI yang juga merupakan putri bungsu Pak Nas. Kamar Ade Irma menampung potretnya, baik bentuk lukisan maupun potret hitam putih sebagai kenang-kenangan. Sebuah lemari menampung benda pribadinya, yakni sepasang sepatu hitam, boneka, tas, dan seragam Kowad berpangkat Serda. Ada pula foto Ade Irma dan Piere Tendean, salah satu pahlawan revolusi, yang diambil seminggu sebelum kejadian.



Museum Jenderal Dr. A.H. Nasution ini dapat menjadi alternative tempat wisata bersejarah yang layak untuk dikunjungi. Untuk masuk museum ini tidak dibebankan biaya sedikitpun alias gratis. Museum sejarah ini terbuka untuk umum, buka mulai dari jam 08.00 WIB sampai 14.00 WIB dari hari Senin hingga Jumat.



Sumber
http://www.iftfishing.com/city/?p=2794
http://wisatamelayu.com/id/object/1128/museum-ah-nasution/?nav=cat
http://www.disjarah-ad.org/museum/jendral-ah-nasution.html

Komentar

Postingan Populer